Dompu (EDITOR News) – Ditemukan ada kehidupan dengan tingkat peradaban tinggi di selatan Gunung Tambora sekitar 400 tahun silam. Tersibak dari sebuah kertas lama yang agak kusut akibat dimakan oleh waktu.
Adalah Philip Droge, seorang jurnalis dari Belanda, punya andil besar menguak misteri jejak peradaban Kerajaan Pekat, yang eksis 400 tahun silam di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Jurnalis itu menyimpan sebuah peta jadul yang dibuat Belanda sekitar tahun 1794. Dalam peta tergambar sebuah benteng seluas sekitar 10 hektare, yang diduga kuat menjadi lokasi Kerajaan Pekat.
Pekat merupakan salah satu kerajaan yang ikut terkubur akibat dahsyatnya letusan Gunung Tambora pada April 1815. Letusan Gunung Tambora menjadi cikal bakal lahirnya Kabupaten Dompu, tepat pada 11 April ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Dompu.
Kendati Kerajaan Pekat hanya tinggal goresan sejarah, namun masih menyisakan banyak petilasan, yaitu benteng pertahanan, yang oleh masyarakat Dompu disebut Doro B’ente.
Benteng ini terletak di Savana Gunung Tambora, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di bagian selatan dan berbatasan langsung dengan Teluk Saleh.
Terkait peta milik jurnalis Belanda itu, Ketua Tim Peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar I Putu Yuda Haribuana mengatakan, dalam peta tersebut terdapat kesamaan informasi dengan peta baru yang dimiliki Balai Arkeologi, di mana juga memuat adanya petilasan lain di sekitar wilayah Kecamatan Pekat.
Informasi peta kemudian ditindaklanjuti dengan beberapa penelitian dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Dalam penelitian sebelumnya, jalan raya di depan Doro B’ente terdapat singkapan batu pasir yang menyerupai benteng. Dari situlah mulai dilakukan pengembangan dengan menggali informasi dari masyarakat sekitar dan pekerja pasir yang mengatakan, di Doro B’ente ada benteng yang masih berdiri kokoh. Jika dihubungkan dengan peta geologi, umur Kecamatan Pekat sekitar 1.500 sampai dengan 4.000 tahun.
Setelah penelitian, dilakukan ekskavasi berdasarkan petunjuk dalam peta. Yang mengejutkan, dari ekskavasi itu ditemukan pecahan kreweng dan keramik. Ciri keramiknya sama dengan yang ditemukan di Sori (Sungai) Sumba, di mana memiliki glasiran berwarna biru dan merah, serta berbentuk bunga. Keramik itu berasal dari Dinasti Ching dan Ming (Tiongkok).
Selain keramik, juga ditemukan mata panah terbuat dari logam. Disinyalir tingkat peradaban masyarakat pada masa itu sudah cukup tinggi.
Dari temuan benda-benda purbakala itu, tim ekskavasi menyimpulkan sementara kemungkinan adanya bekas permukiman di sekitar benteng. Karena berdasarkan teori, di mana ada benteng di situ ada kehidupan manusia.