Oleh : Muhammad Irfan Fahmi, ST*
Kabupaten Dompu di bawah kepemimpinan Bupati Kader Jaelani dan Wakil Bupati M. Syahrul Parsan meluncurkan program unggulan JARAPASAKA, salah satu pillar utama pendukung program tersebut adalah bidang peternakan dalam hal ini Sapi sebagai ternak yang dianggap paling potensial menggerakkan ekonomi masyarakat. Meski tidak termasuk dalam program unggulan peternakan Kambing juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.
Peternakan sapi dan kambing sejak dulu sudah menjadi primadona masyarakat Dompu hal ini ditunjukkan dari populasi yang tinggi. Populasi sapi 154.251 ekor, populasi kambing 104.255 ekor (Disnakwan Dompu 2021). Populasi yang banyak mengharuskan pemilik ternak untuk menyediakan sumber pakan yang mudah didapat, ekonomis mengurangi biaya, berlimpah dan bernutrisi baik.
Hingga sekarang Kabupaten Dompu masih mengandalkan bidang pertanian, kehutanan dan perikanan sebagai penopang utama PDRD sebesar 39,93% dari total PDRD 7,3409 triliun (BPS Dompu 2021). Reliatas tersebut mengharuskan pemerintah daerah mengimplementasikan konsep pertanian terintegrasi yang berarti tidak hanya domain Dinas Pertanian dan Peternakan namun dapat dikolaborasikan dengan instansi yang menangani urusan lingkungan hidup dan kehutanan.
Limbah pertanian dalam hal ini jerami padi dan jerami kacang ijo sudah lama dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak sapi dan kambing. Limbah padi yang dihasilkan setara dengan produksi gabah misalnya produktivitas padi 5,500 ton/ha maka jumlah jerami yang dihasilkan sebanyak 5,500 ton/ha. Sedangkan perbandingan banyaknya limbah kacang ijo terhadap produksi kacang ijo sekitar 1:1,6 maka produktivitas kacang ijo sebesar 1.200 kg/ha menghasilkan limbah jerami kacang ijo sekitar 750 kg/ha luas panen (BPP Pertanian Kementan 2020).
Dalam tulisan ini kami mengupas potensi yang dimiliki jerami kacang hijau dalam sudut pandang Pertanian (potensi kandungan nutrisi dan produksinya sebagai pakan ternak) serta sudut pandang pengaruhnya terhadap lingkungan hidup :
1. Kandungan Nutrisi Yang Cukup Baik

Keterangan :
BK : Bahan Kering
PK : Protein Kasar
LK : Lemak Kasar
SK : Serat Kasar
TDN : Total Digestible Nutrient
Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa jerami kacang hijau memiliki kandungan nutrisi yang relatif lebih baik dibandingkan jerami padi sehingga lebih efektif dan efisien digunakan sebagai sumber pakan ternak khususnya kambing dan sapi.
2. Potensi Jerami Yang Dihasilkan

Berdasarkan table 2. dapat disimpulkan bahwa jerami kacang ijo sangat berlimpah sebesar 3.758 ton/tahun dan memenuhi syarat sebagai penunjang pakan ternak karena memiliki kandungan nutrisi (kualitas) yang baik.
Berdasarkan pengalaman sebagai peternak kambing, jerami kacang hijau 1 karung dengan berat rata-rata 25 kg dapat digunakan sebagai sumber pakan kambing 10 ekor/hari, maka 10% dari potensi jerami kacang hijau yang dihasilkan sudah lebih dari cukup dijadikan sumber pakan kambing sebanyak 104.255 ekor.
3. Potensi Timbulan Sampah
Salah satu permasalahan terbesar pengelolaan sampah/limbah yaitu mengurangi timbulan, jerami kacang ijo yang tidak dimanfaatkan untuk pakan ternak atau kebutuhan lain berpotensi menyebabkan timbulan sebesar 14,04 m3/ha dengan asumsi jerami yang dihasilkan 30 karung/ha, ukuran karung yang digunakan 90 cm x 130 cm, berat rata-rata 25 kg/karung sehingga didapatkan perkiraan massa jenis jerami kacang hijau sebesar 53,42 Kg/M3 (Karijawa, Husna Farm 2020).

Untuk meminimalisir potensi timbulan sampah jerami kacang ijo perlu diolah menajdi produk lain salah satunya dijadikan sumber pakan ternak, jerami kacang kacang ijo yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak diasumsikan sebesar 10% maka dapat mengurangi timbulan sampah setidaknya 7.035 M3/Thn atau sekitar 375 ton jerami kacang hijau.
4. Potensi Pencemaran Udara
Paska panen petani biasanya membakar sebagian besar jerami kacang hijau, pembakaran sisa-sisa tanaman merupaka salah satu sumber emisi gas rumah kaca (GRK) yang berasal dari pembakaran tidak sempurna seperti metana (CH4), non-methane volatile organic compound (NMVOC), nitrogen (N2O, NOx), karbon diaoksida (CO2) dan partikel-partikel hasil pembakaran yang bersifat karsinogenik yang dapat terdistribusi secara luas (Li et al. 2016; Sun et al. 2016).

Estimasi perhitungan emisi GRK dari pembakaran biomass secara umum
Lfire = A x MB x Cf x Gef x 10-3 (Rumus 2,227 IPCC 2006)
Keterangan :
Lfire : emisi GRK dari pembakaran biomass (ton) Cf : factor pembakaran (0,8).
A : luas area yang terbakar (ha) Gef : factor emisi dari bahan terbakar (g/kg).
MB : jumlah biomassa yang terbakar (ton/ha) 0,75 ton/ha.

5. Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Pembakaran Jerami Kacang Hijau

Berdasarkan table 6. Emisi GRK Pembakaran Jerami Kacang Hijau cukup besar misalnya area pembakaran 5% (=250,05 Ha) dari luas panen 5.011 Ha berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca sebagai berikut :
Gas CH4 : 227.749,95 Kg emisi gas Methana.
Gas Co : 13.830,36 Kg emisi gas Karbon Monooksida.
Gas N2O : 10,52 Kg emisi gas Dinitrogen Dioksida.
NOx : 375,83 Kg emisi gas Mono-Nitrogen Oksida.
CO2 : 227.749,95 Kg emisi gas Karbon Dioksida.
Rekomendasi dan Penutup
Berdasarkan uraian di atas dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
a) Melakukan sosialisasi dan kampanye “Mengurangi Pembakaran Limbah Pertanian” untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
b) Kerjasama lintas sector secara bertahap dan berkelanjutan terkait pengelolaan limbah pertanian;
c) Perbanyak tanaman di lahan pertanian tadah hujan untuk menyerap gas emisi GRK;
d) Pemanfaatan jerami kacang ijo sebagai sumber pakan ternak (Sapi, Kambing, Kerbau dll);
e) Jerami yang tidak dimanfaatkan difermentasi untuk meningkatkan kadar nutrisi;
f) Menyediakan stokist khusus jerami kacang hijau agar dapat dimanfaatkan dalam jangka Panjang;
g) Mengurangi pembakaran limbah pertanian tidak hanya berlaku untuk jerami kacang hijau tetapi juga diberlakukan pada semua limbah komoditi pertanian lainnya.
*Pejabat Fungsional Penyuluh Lingkungan Hidup pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dompu – NTB