Berita - EDITOR I News
  • Politik
  • Pemerintahan
    • Eksekutif
    • Legislatif
    • Yudikatif
  • Korupsi
  • Liputan Mendalam
  • Demokrasi
    • Pemilu
    • Pilgub
    • Pilkada
  • Karangan Khas
  • Viral
No Result
View All Result
  • Politik
  • Pemerintahan
    • Eksekutif
    • Legislatif
    • Yudikatif
  • Korupsi
  • Liputan Mendalam
  • Demokrasi
    • Pemilu
    • Pilgub
    • Pilkada
  • Karangan Khas
  • Viral
No Result
View All Result
Berita - EDITOR I News
No Result
View All Result
Home Kreativitas

Perjuangan menempuh ribuan kilometer ‘berburu rupiah untuk mewujudkan harapan yang kandas’

by EDITOR I News
10 Maret 2023
in Kreativitas
0 0
0
📷 Pelajar ini sengaja berhenti hanya untuk berpose dan menyerahkan uang buat manusia perak. Pelajar lainnya yang kebetulan lewat disitu pasti menyempatkan menghampiri Yono dan mengajak foto selfie. (my).

📷 Pelajar ini sengaja berhenti hanya untuk berpose dan menyerahkan uang buat manusia perak. Pelajar lainnya yang kebetulan lewat disitu pasti menyempatkan menghampiri Yono dan mengajak foto selfie. (my).

20
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Dompu (EDITOR I News) – Himpitan ekonomi dalam kehidupan menjadi masalah klasik bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan atau berpenghasilan rendah. Dan bahkan ada yang tidak memiliki pendapatan sama sekali, sehingga dihadapkan pada kehidupan yang sangat susah. Apalagi 3 tahun terakhir ekonomi Indonesia mengalami turbulensi akibat hantaman covid-19, kondisi ini makin memperparah kehidupan masyarakat.

Desakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mau tidak mau harus dipenuhi, pilihan jalan keluarnya hanya ada dua cara yaitu bekerja secara halal atau mencari penghasilan dengan cara yang haram.

Cerita kali ini mengulas hal baru di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, cara orang mencari nafkah. Kisah ini cermin kehidupan di kota besar yang kejam akibat problem ekonomi, tapi pelakunya bukan orang asli Dompu melainkan orang yang berhijrah.

Pengamen tangan kosong

Lelaki 40 tahun ini menyebut dirinya mengamen guna mengais rejeki, tapi uniknya mengamen tanpa alat musik. Profesi pengamen selama ini biasanya menggunakan gitar atau alat musik sejenis, tapi tidak bagi warga asal kampung Argawinangun ini.

Yono, adalah seorang kepala keluarga berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Pria 40 tahun ini baru tiga hari beraksi di Dompu, lokasi persisnya di lampu merah Koramil Kota. “Saya gak bisa main gitar,” ujarnya singkat, Kamis (09/03/23).

📷 Seorang anak membuka kaca mobil dan memberikan uang, rasa iba bercampur gembira bisa menyapa langsung si perak. (my).

Gambar membawa berkah

Dia bercerita, mengetahui bumi Nggahi Rawi Pahu berkat gambar di Peta Indonesia. Tiga hari yang lalu bisa sampai kesini dengan menumpang armada Bus Rasa Sayang. Dia tidak mempunyai sanak saudara disini.

Perjalan cukup panjang dan lama dari Cirebon ke Dompu. Untuk bisa menginjakkan kaki di Dompu harus menempuh jarak sejauh 1479 kilometer. Jika menggunakan kendaraan roda empat akan memakan waktu selama 2 hari – 2 malam. Jika berjalan kaki, maka waktu tempuhnya selama 265 jam atau sekitar 11 hari.

Hijrah untuk mewujudkan mimpi

Pengakuannya, dia anak satu-satunya, tidak memiliki saudara karena setelah ia lahir kedua orang tuanya bercerai.

Memiliki seorang istri dan dua orang anak laki-laki yang masih duduk di kelas 1 dan kelas 3. Keinginannya agar kedua buah hatinya bisa mewujudkan harapannya yang kandas. “Saya sudah berkeluarga dengan 2 anak laki-laki mas, mereka harus berhasil dengan pendidikan yang tinggi,” ujarnya pakai logat sunda.

Baca juga :   Biaya rapid test antigen seleksi CPNS di Dompu sangat mencekik, Papi One : Gratis atau setengah

Tamatan 2001 di SMP Negeri 3 Cirebon mengungkapkan kesedihannya saat terpaksa meninggalkan keluarganya karena merupakan tulang punggung keluarga. Sang anak hanya bisa menangis mengetahui bapaknya akan pergi, untuk mengelabui mereka terpaksa ditinggal secara diam-diam.

📷 Penghibur pengendara di perempatan lampu merah Koramil Kota jalan Soekarno – Hatta. (my).

“Sedih ninggalin istri dan anak, mau pulang jadi pengangguran. Sebelumnya saya pernah kerja di sawah dan kuli bangunan di kampung. Kesini kasih tahu istri cari uang, dan istri pesan hati-hati, suruh cari uang halal. Dan saya ke Dompu asal gak maling dan nipu orang,” tutur dia jujur.

Perak yang kontroversial

Setibanya di Dompu, Yono ngekos di Sawete Barat, Kelurahan Bali Satu dekat SMA Kosgoro. Tiap bulan dia harus membayar 500 ribu rupiah.

Setelah mendapat pemondokan, ia tidak berpikir panjang, dan mulai menjajakan keunikan di atas trotoar samping kantor DPMPD.

Pagi sekitar pukul 8, Yono dengan kaca mata hitam nya mulai keluar dari kediamannya menuju lampu merah menggunakan ojek, dan dia harus merogoh kocek sebesar 15 ribu rupiah, begitu juga saat dia pulang sore hari.

Sesampainya di lokasi, ia mulai mengecat sendiri seluruh badannya mulai ujung rambut sampai ke jari-jari kaki menggunakan tinta sablon warna perak di pos polisi lalu lintas, pojok lampu merah. Warna perak adalah warna yang pernah menimbulkan masalah sosial di ibu kota karena warna itu dipakai oleh seseorang sampao dinamakan manusia perak.

Dipilihnya cat warna perak ujar dia biar kelihatan menarik, namun harus menanggung merasakan mata yang perih. Cat tubuh seperti itu belajar dari youtube aksi remaja di Kota Tua Jakarta.

Manusia setengah patung

Ditempat mengais rejeki, Yono bersifat pasif, dengan celana kolornya hanya berdiri setengah patung sambil memegang kotak kecil layaknya pencari bantuan sosial. Para pengendara dan pejalan kaki dibuat tertarik sehingga muncul rasa belas kasih dan mau bersedekah, mereka langsung mengulurkan tangan dengan rupiah dalam genggaman jari, dan Yono menghampirinya.

Baca juga :   Nestapa warga NTB korban KDRT di Aceh : Kini pulang kampung, Lurah bereskan adminduk dan fasilitasi permodalan

Walaupun begitu, sosok ini harus berjibaku dengan teriknya matahari dan bermandikan keringat.

📷 Si Adek yang pulang sekolah rela turun dari boncengan ortunya karena mau foto selfie dengan manusia setengah patung. (my).

Destinasi swafoto anak-anak

Ada hal menarik, anak SD dan TK yang kebetulan lewat disitu baik dengan kendaraan maupun jalan kaki terlihat senang dengan mahluk aneh itu. Mereka lalu memberikan uang, laki-laki perak itu kemudian diajak swafoto. Usai foto selfie, mereka pun beranjak pulang kerumah.

Dia mengakui tidak pernah meminta di jalan. “Saya gak minta di orang orang yang stop di lampu merah, saya hanya berdiri saja karena malu. Dan saya terpaksa lakukan ini karena himpitan ekonomi,” katanya.

Penghasilan setara pejabat

Usai mengumpulkan recehan rupiah, dia pun pulang dan membersihkan tubuhnya dari lumuran tinta sablon dan mandi. Tinta yang menghias dirinya pun luntur oleh air tanpa perlu menggunakan tiner. “Hanya dibilas saja dengan air, bersih kembali,”.

Yono mengungkapkan, tiap hari rata rata bisa dapat sampai 200 ribu atau sekitar 6 juta rupiah per bulan. Hasil dari itu untuk kebutuhan pembayaran kos, makan – minum, sewa ojek, rokok, dan sisanya buat ditabung untuk dikirim ke anak istri serta dan ibunya setiap bulan.

Kemudian khusus makan siang, kadang sengaja dilewati olehnya karena tubuh masih bermandikan cat. Kalau dipaksa makan pasti akan ditelan cat nya.

Menambahkan, tiap hari selalu stand by di lampu merah terkecuali hari Jum’at karena merasa malu.

‘Musuhnya’ Satpol PP

Pekerjaan dengan menjajakan tubuh berbalut cat perak sudah dilakoninya sejak setahun yang lalu di kampung halaman, caranya dengan berkeliling kerumah rumah rumah warga. Naasnya cara demikian dilarang oleh aturan di daerahnya, dan Pol PP akan menindak sebagai pengawal dan penegak Perda. “Iya gak boleh, klo di Jawa ketat dan pasti berhadapan dengan Satpol PP,”.

Selain terbentur aturan, persaingan ketat sesama profesi manusia perak mengakibatkan penghasilan rendah tidak cukup untuk makan sehari hari, akhirnya diputuskan hijrah.

Cita-cita yang kandas

Terakhir cerita pilu dia sampaikan, bahwa dulu bercita cita ingin menjadi anggota TNI atau guru biologi namun kandas karena miskin.

Tags: dompumanusia perakpengamen tanpa gitar

Related Posts

kkn jual kopi
Kreativitas

Mahasiswa hebat! : KKN sambil jualan Kopi dan pendapatan buat pengembangan pariwisata

25 Juli 2020
Next Post
Masyarakat ramaikan pawai ta’ruf STQ ke-XXVII tahun 2023

Masyarakat ramaikan pawai ta'ruf STQ ke-XXVII tahun 2023

STQ Ke-XXVII Tahun 2023 momentum sukseskan visi Dompu Mashur

STQ Ke-XXVII Tahun 2023 momentum sukseskan visi Dompu Mashur

Editor.co.id, media siber, hadir sebagai pionir berita sejak tahun 2017 guna menjawab tuntutan kebutuhan informasi masyarakat.

About

  • Mengenai EDITOR I News
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Beriklan

© 2022 Copyright Editor.co.id - Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.

No Result
View All Result
  • Politik
  • Pemerintahan
    • Eksekutif
    • Legislatif
    • Yudikatif
  • Korupsi
  • Liputan Mendalam
  • Demokrasi
    • Pemilu
    • Pilgub
    • Pilkada
  • Karangan Khas
  • Viral

© 2022 Copyrights Editor.co.id. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

You cannot copy content of this page