Oleh
Muhammad Irfan Fahmi, S.T*
PENDAHULUAN
Kabupaten Dompu merupakan salah satru daerah penghasil sapi terbesar di NTB, bahkan populasinya akan terus meningkat mengingat pemerintah Kabupaten Dompu di bawah kepemimpinan Bupati Kader Jaelani dan Wakil Bupati H. Syahrul Parsan, S.T mengusung program JARAPASAKA yang mana Sapi menjadi salah satu komoditi unggulan yang diprioritaskan.
Berdasarkan data BPS tahun 2016, populasi sapi di Kabupaten Dompu sebanyak 119.344 ekor, dengan pola pemeliharaan menggunakan 2 (dua) sistim. Asumsinya 90% menggunakan sistim pelepasan di lahan terbuka dan 10% menggunakan sistim kandang. Artinya 107.410 ekor dilepas sedangkan sisanya 11.934 ekor dipelihara dalam kandang.
Peternak sapi kandang biasanya membangun kandang di dekat sungai sehingga hampir semua feses dibuang di sungai. Pembuangan feses sapi di sungai sudah barang tentu akan menyisahkan efek negatif bagi lingkungan hidup sekitarnya.
Feses yang dihasilkan sapi lokal setiap harinya berkisar 15-20 kg/hari, jika tidak dikendalikan dengan baik tentu akan menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat, menurunnya kualitas air sungai, dan menurunkan estetika lingkungan.
Berbeda hasilnya jika feses sapi yang dipelihara dalam kandang dikondisikan dan diolah dengan baik justru akan menambah pundi-pundi ekonomi masyarakat diantaranya : pembuatan dan penggunaaan pupuk kandang berguna untuk memperbaiki kondisi fisis dan kimiawi lahan pertanian, mengurangi penggunaan pupuk kimia, meningkatkan produktifitas pertanian dan pendapatan petani.
Keuntungan lain yang didapatkan dari pengolahan feses sapi adalah sebagai sumber energi terbarukan seperti biogas dan sejenisnya. Terpenuhinya kebutuhan gas akibat dari supplay biogas akan membantu pengeluran rumah tangga. Selain digunakan oleh rumah tangga sekitar reaktor, biogas juga bisa dijual ke masyarakat dengan mengkonversikan biogas ke dalam tabung.

DAMPAK FESES SAPIÂ
A. Potensi Penyakit
Apabila feses sapi dalam kandang terus menerus tidak diolah akan menyebabkan timbulnya penyakit bagi penduduk yang ada di sekitarnya, misalnya disentri diakibatkan bakteri E. Coli dan Salmonella SP, penyakit cacingan disebabkan Cacing Nematoda, dan berbagai jenis penyakit lain yang mungkin lebih berbahaya. Feses sapi yang dibuang di sungai sudah pasti menjadi sumber polutan baru yang bisa lebih berbahaya karena bercampur dengan parasit lain.
B. Potensi Sosial dan Estetika
Berdasarkan analisis sederhana kami, Sapi yang dipelihara dalam kandang berpotensi menghasilkan 65.340.840 kg/tahun setara dengan 59.400,67 m3/tahun dengan kata lain feses yang dihasilkan oleh 11.934 ekor sapi dalam kandang jika dibiarkan menumpuk akan membuat gundukan feses setinggi 5,95 m/ha/tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa feses sapi yang tidak dikelola dan diolah dengan baik akan menyebabkan masalah sosial dan menurunnya nilai estetika suatu lingkungan.

DATA DAN ANALISIS
Data populasi sapi Kabupaten Dompu tahun 2016 (BPS Kab. Dompu), asumsi jumlah sapi yang dipelihari 10% dari populasi keseluruhan, jumlah feses sapi per hari menggunakan asumsi 15 kg/hari, alokasi penggunaan pupuk kandang di lahan persawahan sebesar 4 ton/ha, berat jenis kotoran sapi 1,10 kg/m3. Jumlah feses sapi yang dihasilkan sapi dalam kandang sebanyak 65.340.840 kg/tahun, volume feses sapi yang dihasilkan sebesar 59.400,76 m3/tahun atau setara dengan 5,94 m/ha/tahun.
POLA PEMANFAATAN
A. Pupuk Kandang
• Populasi sapi dalam kandang sebanyak 11.934 ekor apabila menggunakan asumsi feses per hari 15 kg maka berpotensi menghasilkan feses sebanyak 65.340.840 kg/tahun. Jika dijadikan pupuk kandang akan membantu merehabilitasi kondisi fisis/kimiawi tanah dan mengurangi penggunaan pupuk kiwiawi lahan sawah seluas 16.355 ha/tahun.
• Feses sapi yang sudah difermentasi berpotensi menjadi sumber pendapatan baru masyarakat sebagai media tanam tanaman hias dengan harga mulai dari Rp. 1.000/kg.
B. Pembuatan Biogas
• Memanfaatkan feses sapi sebagai bahan baku utama teknologi biogas, pembuatan biogas yang mengurangi limbah (fese sapi) setidaknya 6 m3 per minggu atau setara dengan feses 60 ekor sapi per minggu.
• Biogas yang dihasilkan digunakan oleh rumah tangga sekitar reaktor biogas.
• Sumber pendapatan baru yaitu dengan mengisi biogas ke dalam tabung gas menggunakan alat konverter.
POLA KERJASAMA DAN PEMBERDAYAAN
Pelestarian lingkungan hidup yang berintegrasi dengan sektor pertanian dapat berjalan efektif dan efisien melalui pola kerjasama multi sektor dan pemberdayaan kelompok masyarakat yaitu :
A. Pihak Pemerintah
• Dinas Lingkungan Hidup, mengambil peran dengan menggalakkan kampanye dan penyuluhan lingkungan, melakukan upaya pengawasan/pengendalian lingkungan secara rutin dan berkala, menyenggarakan prog/kegiatan pembuatan biogas sebagai alternatif sumber energi terbarukan, membuka dan mempermudah akses pemasaran bagi kelompok masyarakat penghasil produk berbahan dasar feses sapi, mengoptimalkan kelompok masyarakat berbasis pengamanan lingkungan hidup
• Dinas Peternakan, membuat standarisasi kandang yang sehat dan bersih, melakukan pengawasan/pengendalian secara rutin dan berkala, memberikan pelatihan dan sosialisasi pembuatan pupuk kandang, membuka dan mempermudah akses pembiayaan bagi kelompok masyarakat penghasil produk berbahan dasar feses sapi, menggalakkan program pemberdayaan kelompok masyarakat ternak.
• Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, menggalakkan gerakan penggunaan pupuk kandang, menggiatkan penyuluhan dan sosialisasi manfaat pupuk kandang, membuka dan mempermudah akses pembiayaan bagi kelompok masyarakat pengguna produk berbahan dasar feses sapi, mengoptimalkan fungsi dan peran kelompok tani dalam menggunakan pupuk kandang.
B. Kelompok Masyarakat
• Meningkatkan kapasitas pembuatan pupuk kandang dan biogas dengan mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang diselenggarakan oeleh pemerintah maupun lembaga non-pemerintah
• Meluaskan akses informasi dan teknologi untuk mendapatkan inspirasi penerapan teknologi yang kreatif dan innovatif dalam hal pemanfaatan pupuk kandang dan biogas
• Mencari peluang dan akses pembiayaan dalam rangka pengembangan dan innovasi pengolahan produk berbahan dasar feses sapi.
KESIMPUALAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
• Pembuatan pupuk kandang dan biogas merupakan salah satu contoh program/kegiatan yang dapat dibangun berlandaskan semangat keterpaduan antara berbagai elemen pemerintah dan dapat dikembangkan melalui pola kemitraan bersama masyarakat.
• Pembuatan pupuk kandang dan biogas dapat meminimalisir potensi pencemaran lingkungan hidup, meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, menambah sumber pendapatan masyarakat dan meningkatkan nilai estetika lingkungan.
• Penggunaan Pupuk kandang mampu memperbaiki kondisi fisis/kimiawi tanah pertanian sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimiawi.
• Pembuatan pupuk kandang dan biogas membuka peluang masyarakat untuk memanfatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Saran
• Data yang dipakai tidak up to date seharusnya menggunakan data terkini, data tahunan, data detail populasi sapi tiap kecamatan dan desa, data jumlah real sapi yang dikandangkan.
• Membuka akses pendanaan ke Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.
• Tulisan ini masih sangat sederhana karena itu kami selalu terbuka dengan saran dan kritikan dari semua pihak.
*Jafung Penyuluh Lingkungan Hidup pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dompu