Dompu (EDITOR News) – Sebagai daerah sentra peternakan di wilayah Nusa Tenggara Barat dengan populasi ternak tidak kurang dari 150 ribu, saat ini Kabupaten Dompu gencar meningkatkan pencegahan dan pengawasan sebagai langkah antisipasi penyebaran virus penyakit mulut dan kuku (PMK) seperti yang sudah terjadi pada daerah lainnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Keswan Dompu drh. Mujahiddin mengatakan tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Dinas saat ini yaitu mengecek seluruh kandang penampung milik peternak sekaligus himbauan dan edukasi terhadap peternak. Selain itu pemberian vitamin dan obat-obatan serta pembatasan lalu lintas ternak.
Dalam hal pembatasan lalu lintas ternak ini, pintu-pintu lalu lintas ternak yang selama ini memang tiap hari sudah ditempatkan dokter hewan, saat virus PMK mulai merebak mereka lebih digiatkan lagi dan lebih ketat, ditambah sudah diaktifkannya portal-portal ditiap tiap kecamatan oleh Kepala Dinas.
Dalam hal ini sambung dia, petugas yang ada di kecamatan tidak bisa serta merta mengeluarkan sapi ataupun ternak lain dari wilayahnya tanpa adanya surat-surat resmi atau pemeriksaan yang resmi dari dokter yang sudah disiapkan.
Selain penyebaran virus PMK melalui udara, potensi media penyebaran lainnya terang kepala bidang yaitu melalui daging beku, namun untuk di Dompu belum ada permintaan daging beku ruminansia (daging merah), akan tetapi kalau permintaan daging putih misalnya ayam tetap ada pemasukan dari luar. Kendati demikian, sejauh ini penyebaran PMK lewat ayam atau unggas lainnya tidak ada. Namun lanjutnya, yang dikhawatirkan yaitu penyebaran melalui pakan.
“Yang kami khawatirkan itu biasanya lewat pakan, karena bahan campuran pakan konsentrat bisa saja tercemar oleh virus itu, dimana pakan yang masuk dari luar tetap ada yang dijual di toko toko pakan,” imbuhnya, Kamis (19/5/22).

Menambah penjelasannya, kenapa di daerah tertular itu harus dihentikan kegiatan inseminasi buatan karena memang didalam sperma itu bisa saja ada virus PMK, selain bisa terdapat
didalam sum-sum tulang, dan di kelenjar limfa. Dan daya tahan virus bisa berbulan bulan.
“Lockdown lokal bisa dilakukan untuk menekan laju penyebaran virus, karena jarak 100 meter saja dari yang tertular PMK bisa menular ke hewan terdekatnya dalam waktu 12 menit karena lewat udara dan sebagainya,” pungkas Mujahiddin.
Staf bidang Keswan dan Kesmavet drh. Lalu Syarif Hidayatullah mengulas bahwa ciri-ciri fisik pada mulut hewan yang tertular PMK seperti terjadinya hipersalivasi atau keluarnya liur berlebihan, mulut melepuh seperti ada luka-luka, dan suhu badan meningkat, serta nafsu makan ternak berkurang. Sedangkan pada sapi perah produksi susu menurun, mukosa mulut pucat, dan mulut terasa kaku.
Sejauh ini penuturannya belum ditemukan gejala-gejala itu pada hewan atau ternak milik warga Dompu saat kegiatan peninjauan lapangan. “Belum kami temukan PMK disini (Dompu, red),” kata Syarif.
Dokter hewan M. Adis Saramba yang juga melakukan pengecekan lapangan menuturkan, dari pemeriksaan kondisi kuku, tidak ditemukan adanya kuku hewan ternak yang terlepas dan mengalami luka-luka sebagaimana ciri fisik hewan terserang PMK. “Belum kami temukan,” ucapnya.
Langkah pencegahan yang dilakukan selama ini misalnya pemeriksaan, sementara pada tingkat peternak hemat dia harus ada disinfeksi atau pembersihan kandang, termasuk disinfeksi diri, kemudian memberikan edukasi agar sanitasi dijaga, dan kebersihan kandang dijaga.
“Pencegahan awal ditingkat peternak sangat perlu, bila perlu lockdown lokal. Kalau bisa hewan yang dari Lombok batasi masuk ke Dompu,” saran dia menutup penjelasannya. (*).
Ikuti berita Editor News di Google News, klik di sini.