Dompu (EDITOR News) – Warga di Lingkungan Magenda, Kelurahan Potu, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat terpaksa melakukan aksi blokir jalan, Selasa (14/02/23).
Aksi dengan membakar ban bekas itu dilakukan lantaran mereka merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah pasca diterjang bencana banjir kemarin sore.
Dampak akibat banjir tersebut diketahui 200 kepala keluarga ikut terdampak karena digenangi air dan lumpur, otomatis rumah-rumah warga berubah menjadi lautan sampah, genangan lumpur, dan memunculkan berbagai penyakit.
“Kami tidak pernah melakukan aksi blokir jalan selama ini. Sekarang terpaksa kami lakukan karena pemerintah tidak peka terhadap keadaan kami,” ujar seorang warga.
Mereka menunggu aksi pemerintah untuk membersihkan rumah dan lingkungannya, pelayanan kesehatan, dan bantuan makanan.
Warga mengeluhkan adanya pendataan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini akan tetapi tidak pernah direalisasikan dalam bentuk bantuan.
“Usai banjir kemarin sore, kami makan sisa-sisa makanan yang kami miliki, tidak ada kucuran dari pemerintah,” ucap dia lagi.
“Kami juga sudah merasakan gatal-gatal,” keluh warga lainnya.
Lingkungan Magenda selama ini kerap menjadi langganan hantaman banjir. Kampung ini merupakan kampung kelahiran dan dibesarkannya Bupati Dompu Kader Jaelani dan kampungnya Wakil Bupati Syahrul Parsan.
Magenda salah satu lingkungan terpadat di Kelurahan Potu, dan sudah ratusan tahun didiami oleh warga.
Sekretaris Daerah Gatot Gunawan Perantauan Putra yang dikonfirmasi perihal jeritan warga langsung merespon. Melalui sambungan ia memastikan akan mengirimkan tim untuk menanggulangi keluhan masyarakat.
“Saya hubungi dulu dinas terkait, saya perintahkan langsung mereka untuk turun sekarang juga,” jawab Gatot tegas.
Belum beberapa menit direspon Sekda, aparat dinas terkait langsung terjun ke lokasi.