Absennya Ganjar saat acara pengarahan kader PDIP untuk penguatan soliditas partai menuju Pemilu 2024, yang digelar Sabtu, 22 Mei 2021 di Semarang Jawa Tengah menuai spekulasi publik, padahal Jateng merupakan kandang Ganjar Pranowo.
Konsolidasi yang dipimpin ketua DPP PDIP Puan Maharani tersebut Ganjar tidak nampak baik sebagai pengurus DPP apalagi sebagai tuan rumah, tentu menimbulkan tanda tanya besar.
Soal dicuekin partainya, Ganjar mengaku tidak diundang menghadiri acara. Apakah dia dikunci dan diasingkan menjelang Pilpres?
Tidak harmonisnya Ganjar dengan PDIP terjawab dari pernyataan resmi ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah Bambang Wuryanto ‘Wis kemajon (kelewatan), yen kowe pinter, ojo keminter (bila kamu pintar, jangan sok pintar)’. Kalimat bahasa Jawa itu dialamatkan ke Ganjar.
Belakangan beredar tujuh kesalahan (maaf sebut saja dosa politik) Ganjar yaitu dinilai sudah kelewatan, dinilai merasa lebih tinggi dari pengurus partai, sinyal politik ambisi nyapres terbaca elit politik PDIP, dinilai abai saat diberi kode agar mengerem ambisi nyapres, dipersalahkan bikin tim medsos, tugas kepartaian sebagai Gubernur belum selesai, terakhir seperti dituturkan Puan : ‘pemimpin bukan di medsos’ tapi belum tahu ditujukan ke siapa.
Kesimpulannya, Ganjar tidak menunjukkan sikap permisif ke DPP terlebih ke Megawati ataupun Puan, yang membuat gerah orang pusat.
Dia lupa bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dan Puan masih sehat-sehat saja. Jadi, selama Mega dan Puan masih sehat, jangan coba-coba bermanuver terkait Pilpres.
Selama ini PDIP dinilai menganut politik dinasti (sering disangkal) karena trah Soekarno adalah ‘pemilik’ partai moncong putih.
Puan beruntung karena cucu Soekarno sekaligus Putri Mahkota, oleh sebab itu PDIP bakal menyediakan karpet merah di Pilpres 2024 mendatang. Namun sayang elektabilitas Puan masih dibawah Tri Rismaharini, sedangkan Ganjar selalu berada di puncak.
Karena punya elektabilitas melejit, seketika Ganjar menjelma menjadi rival politik sekaligus ancaman bagi Pencapresan Puan.
Seperti dikutip dari Tempo, edisi 24 Mei 2021, sejumlah survei memang menempatkan elektabilitas Ganjar unggul dibandingkan kader partai banteng lainnya. Berikut hasil survei sejumlah lembaga :
1. Akar Rumput Strategic Consulting
Survei digelar dengan mewawancarai 1.200 responden acak di 34 provinsi pada 26 April-8 Mei 2021. Hasil survei dirilis pada Sabtu, 22 Mei 2021 dengan margin of error 2,9%. Berikut hasilnya :
Ganjar Pranowo (11,25%)
Tri Rismaharini (3,97%)
Puan Maharani (2,48%)
2. Indikator Politik
Survei dilakukan menggunakan metode simple random sampling yang dilakukan terhadap 1.200 orang pada 13-17 April 2021. Hasil survei dirilis pada 4 Mei 2021 dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error 2,9%. Berikut hasilnya :
Ganjar Pranowo (15,7%)
Puan Maharani ( 2,9%)
Tri Rismaharini (tidak ada dalam survei)
3. Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Politik Indonesia (KedaiKOPI)
Survei dilakukan dengan mewawancarai 1.260 responden yang dipilih secara acak di 34 provinsi pada 29 Maret-4 April 2021. Hasil survei dipaparkan pada 12 April 2021. Berikut hasilnya :
Ganjar Pranowo (16%)
Tri Rismaharini (4,4%)
Puan Maharani (0,2%)
4. Indonesia Political Opinion
Survei digelar pada 10 Maret-4 April 2021 dengan melibatkan 1.200 responden dengan metode multistage random sampling. Hasil survei dipublikasikan pada 10 April 2021 dengan tingkat kepercayaan hingga 97% dan kesalahan mencapai 2,5%. Berikut hasilnya :
Ganjar Pranowo (12,6%)
Puan Maharani (1,6%})
Tri Rismaharini (tidak ada dalam survei)
5. SMRC
Survei dilakukan pada 28 Februari-8 Maret 2021 dengan melibatkan 1.064 responden yang dipilih acak. Hasil survei dirilis pada 1 April 2021 dengan margin of error 3,07%. Berikut hasilnya :
Ganjar Pranowo (13,2%)
Tri Rismaharini (7,7%)
Puan Maharani (5,7%)
6. Charta Politika Indonesia
Survei dihelat pada 20-24 Maret 2021 dengan mengambil 1.200 responden yang dipilih secara acak. Hasilnya dirilis pada 29 Maret 2021 dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error 2,83%. Berikut hasilnya :
Ganjar Pranowo (16%)
Tri Rismaharini (5,3%)
Puan Maharani (1,2%)
7. Lembaga Survei Indonesia
Survei digelar pada 25-31 Januari 2022 dengan mengambil 1.200 responden. Hasil survei dipublikasikan pada 22 Februari 2021 dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error 2,9%. Berikut hasilnya :
Ganjar Pranowo (10,6%)
Tri Rismaharini (5,5%)
Puan Maharani (0,1%)
Walaupun memiliki elektabilitas tinggi, bukan berarti Ganjar bisa memperoleh begitu saja tiket menuju Pilpres bisa, istilahnya mendapat restu Megawati.
Jalan terjal penuh duri harus dilalui Ganjar, hasratnya tak semulus elektabilitasnya. Bisa jadi dengan tidak diundang saat konsolidasi merupakan kartu merah bagi Ganjar atau Ganjar ditalak tiga oleh PDIP. Artinya karir politiknya putra Purbalingga itu cukup sampai di level Gubernur atau bahkan dikubur dalam-dalam.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa semua keputusan strategis PDIP terutama mengenai Capres dan Cawapres semuanya berada ditangan Megawati, itu juga ditegaskan Sekjend Hasto Kristiyanto di media massa.
Di Pemilu 2024 nanti, Megawati masih menjadi playmaker karena harus mengusung Puan sebagai peserta Pilpres. Walaupun nanti terpaksa harus berada pada posisi paling sial yaitu jadi orang kedua (jika elektabilitas Puan tidak berubah signifikan). Daripada tidak tampil sama sekali, lebih baik terus maju asal dengan pasangan yang kuat dengan catatan pembagian kue kekuasaan harus adil dan proporsional.
Tiga bekal Puan menuju Pilpres 2024 pertama PDIP parpol pemenang Pemilu 2019 dan pemimpin koalisi DPR, kedua Presiden merupakan kader PDIP yang masih punya pengaruh besar sampai Pemilu nanti, dan ketiga berdasarkan hasil survey saat ini PDIP masih merajai elektabilitas.
Usai periode Jokowi, sekali lagi Puan memang akan diusung untuk RI 1 atau paling banter RI 2. Sangat tidak enak jika kekuasaan terlepas dalam genggaman, dan pahit rasanya menjadi oposisi seperti pengalaman PDIP semasa dua periode Presiden SBY.
Skenarionya, kemungkinan besar Puan akan disandingkan dengan Prabowo. Sosok ketua umum Gerindra sudah teruji kesetiaannya berkoalisi dengan PDIP. Dan Megawati masih sayang akan sosok mantan Danjen Kopassus itu karena sikap kenegarawannya.
Pasca konsolidasi tanpa Ganjar, ahli maupun pengamat politik berkomentar, salah satunya dari Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komaruddin.
Dia menilai sikap PDIP seperti itu karena menyadari Ganjar akan menjadi saingan Puan Maharani terkait pencapresan 2024.
Ganjar elektabilitasnya lumayan, sedangkan Puan belum kelihatan. Makanya Ganjar dikunci dan diasingkan. Dalam politik, itu tidak aneh, kata Ujang seperti dilansir dari SINDOnews.
Ujang menjelaskan, bukti Ganjar diasingkan itu terlihat dengan tidak diundang dalam acara PDIP di Jateng. Padahal Ganjar adalah Gubernur Jateng.
“Ini menandakan Ganjar sedang dikerjai elite-elite PDIP. Mungkin karena Ganjar bermaksud ingin nyapres di 2024 dan memiliki elektabilitas yang lumayan. Ganjar diasingkan itu karena mungkin juga ada putri mahkota di PDIP yang dipersiapkan untuk maju Pilpres,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini.